Selasa, 15 Mei 2012

Gangguan Identitas

A. Pengertian Identitas Gender dan Gangguan Identitas Gender
Ø  Identitas jenis kelamin ( gender identity ) adalah keadaan psikologis yang mencerminkan perasaan dalam ( inner sense ) diri seseorang sebagai laki – laki atau wanita. (Kaplan, 1994)
Ø  Peran jenis kelamin ( gender role ) adalah pola perilaku eksternal yang mencerminkan perasaan dalam ( inner sense )  dari identitas jenis kelamin. (Kaplan, 1994)
Ø  Gangguan identitas gender adalah bagaimana seseorang merasa bahwa ia adalah seorang pria atau wanita, dimana terjadi konflik antara anatomi gender seseorang dengan identitas gendernya (Nevid, 2002).
Ø  Ditandai dengan kekacauan dalam harapan peranan seks dan jenis kelamin yang ditentukan. Dengan demikian, identitas jenis kelamin tidak sintonik dengan ciri-ciri seksual eksternal atau dengan harapan masyarakat.

2.2 Epidemiologi
Sebagian besar perkiraan prevalensi adalah didasarkan pada jumlah orang yang meminta pembedahan penggantian jenis kelamin . Suatu angka yang menyatakan adanya penonjolan jumlah laki – laki. Pada 3 klinik dilaporkan ,Laki : perempuan = 30 :1, 17 :1, 6 :1. Ketidakseimbangan tersebut menyatakan laki – laki lebih rentan terhadap gangguan identitas jenis kelamin .
Penelitian pada anak laki – laki yang dirujuk untuk terapi psikiatrik rawat jalan menemukan bahwa sampai kira –kira 50 persennnya memiliki jumlah perilaku keperempuan – puanan yang bermakna. Anak laki – laki tidak dirujuk terutama karena masalah dengan identitas jenis kelamin. Beberapa banyak yang memenuhi kriteria untuk gangguan identitas yang tidak jelas.

2.3  Etiologi  Gangguan Identitas Jenis Kelamin
1.         Faktor Biologis
Gangguan Identitas Gender terlepas dari berbagai isu, bahwa secara meragukan pola tersebut dapat disebabkan oleh gangguan fisik.Secara spesifik, bukti menunjukkan bahwa  identitas gender dipengaruhi oleh hormon dalam tubuh. Tubuh manusia menghasilkan hormon testosterone yang mempengaruhi neuron otak, dan berkontribusi terhadap maskulinisasi otak yang terjadi pada area seperti: hipotalamus, dan sebaliknya dengan hormone feminism.
Sebuah studi yang menunjukkan poin ini dilakukan terhadap para anggota sebuah Keluarga Batih di Republik Dominika (Imperato McGinley,dkk., 1974). Para peserta  dalam studi ini tidak mampu memproduksi suatu hormone yang bertanggung jawab untuk membentuk penis dan skrotum pada masa pertumbuhan janin laki-laki. Mereka lahir dengan penis dan skrotum yang sangat kecil yang mirip seperti lipatan bibir.Dua pertiganya dibesarkan sebagai perempuan, namun ketika mereka memasuki pubertas dan kadar testosteronnya meningkat, organ kelamin mereka berubah-penis mereka membesar dan testikel mengecil menjadi skrotum.Akhirnya, sebanyak 17 dari 18 peserta kemudian memiliki identitas / gender laki-laki.

  1. Faktor Sosial dan Psikologis
Menurut pendekatan PsikoSosial, terbentuknya Gangguan Identitas Gender dipengaruhi oleh interaksi temperamen anak, kualitas dan sikap dari orang tua.Secara budaya, masih terdapat larangan bagi anak laki-laki untuk menunjukkan perilaku feminisme dan anak wanita menjadi tomboy, termasuk akan pembedaan terhadap pakaian dan mainan untuk anak laki-laki dan wanita (Kaplan, Sadock, &Grebb, 1994). Hipotesis lain adalah bahwa perilaku feminism yang stereotip pada anak laki-laki di dorong oleh ibu yang sejak sebulan kelahiran anak sangat menginginkan anak perempuan (Davison dan Neale,2001).

2.4   Diagnosis dan Gambaran Klinis
Menurut DSM-IV , ciri penting dari gangguan identitas jenis kelamin adalah penderitaan yang persisten dan kuat tentang jenis kelamin seseorang . Berikut Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Identitas Jenis Kelamin.

A.      Identifikasi kepada jenis kelamin (cross-gender) yang kuat dan persisten (bukan semata-mata keinginan mendapatkan sesuatu keuntungan kultural karena memiliki jenis kelamin lain.
B.      Ketidak sukaan yang menetap dengan jenis kelaminnya sendiri atau merasa tidak sesuai dalam peran jenis kelamin tersebut.
C.      Gangguan tidak bersamaan dengan kondisi interseks fisik.
D.     Gangguan menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan atau fungsi penting lainnya.

Berdasarkan  DSM-III-R , empat diagnosis gangguan identitas jenis kelamin :
a.      Gangguan identitas jenis kelamin pada masa anak –anak
b.      Transseksulisme
c.       Gangguan identitas jenis kelamin pada masa remaja atau dewasa, tipe nontransseksual
d.      Gangguan identitas jenis kelamin yang tidak ditentukan ( not otherwise specified )

Sedangkan menurut DSM-IV , tiga diagnosis yang digunakan :
a.   Gangguan identitas jenis kelamin pada anak – anak
b.   Gangguan identitas jenis kelamin pada masa remaja dan dewasa
c.    Gangguan identitas jenis kelamin yang tidak ditentukan

2.5 Jenis-Jenis Gangguan Identitas Jenis Kelamin
  1. Transeksual
Transeksual adalah suatu kelainan identitas jenis kelamin yang nyata dimana penderita meyakini bahwa mereka adalah korban dari suatu kecelakaan biologis yang terjadi sebelum mereka lahir yang secara kasar terpenjarakan dalam sebuah tubuh yang tidak sesuai dengan identitas jenis kelamin mereka yang sesungguhnya.
Penderita gangguan transeksual sebagian besar adalah laki-laki yang mengenali dirinya sebagai wanita, yang biasanya timbul pada awal masa kanak-kanak dan melihat alat kelamin dan penampakan kejantanannya dengan perasaan jijik. Transeksual jarang ditemukan pada wanita. Penyebab terjadinya transeksual karena adanya perasaan tidak nyaman akan kondisi fisik tubuhnya yang kemudian menyebabkan individu terkait melakukan penggantian alat vitalnya. Dalam Diagnosis Gangguan Jiwa (Maslim, 2003), diagnosa transeksualisme yaitu:
a.       Untuk menegakkan diagnosis, identitas transeksual harus sudah menetapselama minimal 2 tahun, dan harus bukan merupakan gejala dari gangguan jiwa lain seperti skizofrenia, atau berkaitan dengan kelainan interseks, genetik atau kromosom.
b.      Gambaran Identitas,sbb:
§   Adanya hasrat untuk hidup dan diterima sebagai anggota dari kelompok lawan jenisnya, biasanya disertai perasaan risih, atau ketidakserasian, dengan anatomi seksualnya; dan
§   Adanya keinginan untuk mendapatkan terapi hormonal dan pembedahan untuk membuat tubuhnya semirip mungkin dengan jenis kelamin yang diinginkan.
2.   Transvestisme Peran Ganda
Pedoman Diagnostik(PPDGJ III), yaitu:
a.       Mengenakan pakaian dari lawan jenisnya sebagai bagian dari eksistensi dirinya untuk menikmati sejenak pengalaman sebagai anggota lawan jenisnya;
b.      Tanpa hasrat untuk mengubah jenis kelamin secara lebih permanen atau berkaitan dengan tindakan bedah;
c.       Tidak ada perangsangan seksual yang menyertai pemakaian pakaian lawan jenis tersebut, yang membedakan gangguan ini dengan transvetisme fetishistik.

3.    Homoseksual
Homoseksual menjelaskan adanya dorongan seksual yang kuat terhadap sesama jenis. Semenjak kata ini ditemukan pada tahun 1869 oleh Karl-Maria Kertbeng, Homoseksual memberi pengaruh hebat terhadap konsep modern orientasi seksual. Homoseksual sendiri dapat mengacu pada:
a.       Orientasi Seksual yang ditandai dengan kesukaan seseorang dengan orang lain mempunyai kelamin sejenis secara biologis atau identitas gender yang sama.
b.      Perilaku seksual dengan seseorang yang bergender sama tidak peduli orientasi seksual atau identitas gender
c.       Identitas seksual atau Identifikasi Diri yang mungkin dapat mengacu kepada perilaku homoseksual atau orientasi homoseksual. Istilah homoseksual lebih lazim digunakan bagi pria yang menderita penyimpangan ini, sedangkan bagi wanita keadaan yang sama lebih lazim disebut lesbian. Kecenderungan ini dapat dibagi atas beberapa kualitas tingkah laku homoseksual antara lain:
1)      Homoseksual ekslusif
Bagi pria yang memiliki kecenderungan homoseksual ekslusif, daya tarik wanita sama sekali tidak membuatnya terangsang, bahkan ia sama sekali tidak mempunyai minta seksual terhadap wanita. Dalam kasus semacam ini, penderita akan impoten apabila ia memaksakan diri untuk mengadakan relasi seksual dengan wanita.

2)      Homoseksual Fakultatif
Hanya pada situasi yang mendesak dimana kemungkinan ini mendapatkanpartner lain sejenis,sehingga tingkah laku homoseksual timbul sebagai usaha menyalurkan dorongan seksualnya.Misalnya dipenjara. Nilai tingkah laku ini dapat disamakan dengan tingkah laku onani atau masturbasi.
3)      Biseksual
Orang ini dapat mencapai kepuasan erotis optimal baik dengan sesama jenis maupun dengan lawan jenis. Biseksualitas berarti memiliki responsivitas seksual terhadap kedua jenis kelamin. Tak jarang anak-anak dan remaja  memiliki ketertarikan seksual terhadap orang dengan jenis kelamin yang sama. Biseksualitas sejati lebih sering terjadi pada perempuan dibandingkan lelaki.

2.6  Tatalaksana Bagi Gangguan Identitas & Jenis Kelamin
Ada 2 terapi yang bisa digunakan dalam penanganan gangguan identitas jenis kelamin ini, yaitu : terapi secara medis dan terapi secara psikologis.
1.      Terapi secara psikologis
Pengobatan untuk gangguan ini terutama terdiri dari psikoterapi dan hipnosis. Terapi berupaya mengungkap dan menemukan semua kepribadian yang terdapat dalam diri penderita dengan proses hipnosis. Pada saat terhipnosis dan individu masuk dalam kondisi ambang, terapi dapat memenggil / bertemu dengan kepribadian-kepribadian lainnya. Memahami peran dan fungsi masing-masing kepribadian.Terapi akan berusaha untuk membangun hubungan yang baik dan efektif dengan setiap kepribadian dan berusaha untuk menjadi sosok yang dapat dipercaya dan memberikan perlindungan. Setelah mengetahui, memahami, dan memiliki hubungan yang baik dengan setiap kepribadian, proses selanjutnya adalah membuat kepribadian aslinya untuk bisa menerima dan membuka diri kepada kepribadian lainnya.
Proses ini tidak berjalan dengan mudah, karena penyatuan tersebut individu biasanya akan merasakan kembali hal-hal yang dialami kepribadian lainnya seperti pengalaman disakiti, dilecehkan dan juga percobaan bunuh diri. Kembalinya ingatan tersebut merupakan maslah baru bagi individu dan membutuhkan penangan lainnya.
Namun hal ini tidak berhasil untuk beberapa kasus. Banyak kasus berakhir tanpa penyembuhan. Adapun obat – obat medis seperti anti-depresan dan anti-psikotik juga kadang-kadang digunakan untukmengendalikan pikiran dan perasaan individu agar tetap pada kondisi normal.
2.       Terapi secara medis
Adapun obat – obat medis seperti anti-depresan dan anti-psikotik kadang-kadang digunakan untuk mengendalikan pikiran dan perasaan individu agar tetap pada kondisi normal.
a.       Anti - psikotik
Anti-Psikotik bermanfaat  pada terapi psikosis akut maupum kronik, suatu gangguan jiwa yang berat. Ciri terpenting antipsikosis ialah :
·         Berefek anti psikosis yaitu berguna mengatasi agresivitas. Hiperaktivitas dan labilitas emosional pada pasien psikosis.
·         Dosis besar tidak menyebabkan koma yang dalam atau anestesia.
·         Dapat menimbulkan gejala ekstrapiramidal yang reversibel atau ireversibel. Amtipsikotik menurut efek smping ekstrapiramidal terbagi 2 yaitu : antipsikotik yang tipikal (efek ekstrapiramidal yang nyata)  dan antipsikotik yang atipikal (efek ekstrapiramidal yang minimal).
·         Tidak menimbulkan ketergantungan fisik dan psikis.
Penggolongan obat dan contoh-contohnya adalah sebagai berikut :
A.      Antipsikosis tipikal golongna fenotiazin :
Klorpromazin, flufenazin, perfenazin, tioridazin trifluferazin
B.      Antipsikosis tipikal golongan lainnya :
Klorprotiksen, droperidol, haloperidol, loksapin, molindon,tioktiksen
C.      Antipsikosis atipikal :
Klozapin, olanzapin, risperindon ,quetiapin, sulpirid, ziprasidon, aripriprazol, zotepin, amilsulpirid
b.      Anti depresan
Anti- Depresi adalah obat untuk mengatasi atau mencegah depresi mental. Depresi didefinisikan sbagai gangguan mental dengan penurunan mood, kehilangan minat atau perasaan senang, adanya persaan bersalah atau rendah diri, gangguan tidur penurunan selera makan, sulit konsentrasi  atau kelemahan fisik (WHO 2006) gangguan ini dapat menjadi kronik atau kambuh dan mengganggu aktivitas pasien. Pqada keadaan terburuk dapat mencetuskan bunuh diri, suatu kejadian fatal yang dewasa ini semakin sering terjadi. Perbaikan depresi ditandai dengan perbaikan alam perasaan, bertambahnya aktivitas fisik dan kewaspadaan mental, nafsu makan dan pola pikir lebih baik dan berkurangnya keinginan untuk bunug diri. Adapun penggolongan dan jenis-jenis obatnya adalah sebagai berikut :
·         Golongan trisiklik
Imiprapin, amitriptilin
·         Golongan heterosiklik (generasi kedua dan ketiga)
Amoksapin, maprotilin, trazodon, bupropion, venlafaksin, mirtazapin,nefazodon.
·         Golongan Selective Serotonin Reuptake Inhibitors (SSRIs)
Fluoksetin, paroksetin, setralin, fluvoksamin, sitalopram.
·         Golongan Serotonin Norepinefrin Reuptake Inhibitors (SNRI)
Venlafaksin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar